Terang dan Gelap, keduanya adalah suatu keadaan yang berbeda satu sama lain. Dimana ada Terang maka tidak ada Kegelapan, begitu juga sebaliknya.
Mari kita lihat awal penulisan kata "Terang" dan "Gelap" yang terdapat dalam Alkitab. Kita menemukan ;
Kej. 1 : 1 - 4
1 - Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi,
2 - Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air,
3 - Berfirmanlah Allah: : "Jadilah Terang." Lalu terang itu jadi.
4 - Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkanNyalah terang itu dari gelap.
Tunggu sebentar... "Berfirmanlah Allah: : "Jadilah Terang." saya menjadi teringat dengan ayat Alkitab di Perjanjian Baru
1 Yoh. 1 : 5
Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu : Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
Pertanyaanya adalah; jika Allah adalah terang mengapa Dia juga menciptakan terang?
Dalam tulisan ini saya tidak menjelaskan terperinci tentang istilah kata "Terang" ataupun kata "Gelap" melalui penerjemahan dari bahasa aslinya (Yahudi, Aram, Yunani).
Namun saya hanya menceritakan pengalaman saya tentang "Allah, Terang dan Gelap".
Setelah lulus dari sekolah tingkat atas, kakak saya menanyakan pertanyaan yang sederhana kepada saya; "Allah itu Terang atau Gelap?" , tentu saja saya jawab "Terang" , kemudian dia menunjukkan Kitab Kejadian 1 : 1 - 4, dan berkata; "jika Allah adalah terang, mengapa Dia juga yang menciptakan terang?". saya terdiam memikirkannya "bener juga". kemudian topik pembicaraan berganti dengan hal lain tanpa ada penjelasan selanjutnya dari kakak saya.
Tahun berganti tahun, kira-kira sepuluh tahun kemudian, ketika saya sudah memiliki seorang putra pertama. Saat itu putra saya masih berumur kira-kira satu setengah tahun, pada waktu malam sekitar jam tujuh tiba-tiba lampu padam semua, tentu saja seluruh ruangan kamar gelap gulita. Sepertinya ini awal pertama untuk putra saya merasakan gelapnya malam tanpa lampu, artinya dia layak untuk takut dan menangis habis-habisan.
Sambil mengendap-endap saya mencari lilin dan segera menyalakannya. Ketika lilin terbakar menyala, tiba-tiba putra saya terdiam dari tangisannya karena dia begitu senang melihat cahaya / terang dari api yang terbakar di sumbu lilin itu (sepertinya ini juga pertama kali dia melihat api di lilin yang menyala dalam kegelapan).
okey.. misi menyalakan lilin dan menghentikan tangisan sudah selesai, selanjutnya mencari lilin lagi untuk menerangi ruangan lain. Putra saya sangat senang melihat cahaya yang dihasilkan api lilin itu, kemudian saya tinggalkan dia bersama "terang" itu di kamar, karena saya perlu mencari lilin lagi untuk kamar lain yang masih gelap. saya menuju ruangan gelap.
Namun rupanya putra saya tahu bahwa saya telah meninggalkannya, kemudian dia langsung meninggalkan "terang" lilin itu dan berjalan mencari dan memanggil saya dalam ruangan gelap dimana saya berada. ketika saya mendengar dia memanggil saya dan berjalan dengan langkah kecilnya menuju saya, saya melihatnya dan langsung saya teringat tentang kasus "Allah adalah Terang". Putra saya lebih memilih bersama saya dalam "kegelapan" dari pada bersama "terang" itu tanpa saya.
Putra saya menyadarkan saya bahwa tidak perduli Allah adalah terang atau gelap. namun yang terutama adalah tetap berjalan bersama Allah, baik suka maupun duka, gelap, terang, tetaplah mencari Allah dan tetaplah di dekatNya. Karena Dialah Bapa kita.
Tuhan Yesus memberkati.